Sebuah komitmen dalam
status berpacaran. “Tidaklah lengkap mencintai tanpa memiliki.” Kata para orang
dewasa yang sedang di bendung cinta. Amel
adalah seorang wanita manis berparas mewah tapi tidak glamor, berambut
panjang, bertubuh seksi, berkulit coklat, pintar dalam segala bidang, mampu
bekrja sendiri, dan sekarang ia sedang menempuh pendidikan di Universitas
Katolik Semarang Fakultas Ilmu Komputer Progdi Game Technology. Universitas
yang cukup mewah dan di dominisi oleh mahasiswa kalangan berada. Tapi tidak
untuk Amel, ia bisa menempuh pendidikan disitu bukan karena Ayah & Ibu nya
mampu, melainkan karena Beasiswa Berprestasi dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Bisa melanjutkan kuliah adalah sebuah mimpi yang tak
pernah ia duga, keinginannya dulu untuk bisa melanjutkan sekolah setelah lulus dari
SMK kini menjadi nyata. Wanita tangguh dalam menggapai sebuah mimpi-mimpinya.
Karena program yang dibuat dari pemerintah itulah ia jadi bisa kuliah, jika ia
bisa bertemu dengan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono ingin sekali mencium
tangannya dan mengucapkan beribu kata terima kasih.
Selain kuliah Amel juga bukan wanita yang suka hanya
duduk dirumah, nodong uang ke orang tua. Walaupun kuliahnya gratis dibiayai
oleh pemerintah lantas ia tidak sampai situ saja, keinginannya untuk mandiri
membawa ia memutuskan untuk bekerja separuh waktu. Menjadi guru les privat
adalah pilihan terbaik yang Amel ambil, menurut Amel tidak banyak waktu yang ia
keluarkan untuk ngajar mereka, ia hanya membutuhkan waktu 1,5 jam untuk satu
kali pertemuan dan saat ini ada 4 siswa yang ia ampu, itu berarti kurang
lebihnya 4-5 jam waktu yang dibutuhkan
untuk mengajar dalam sehari.
Hari-harinya ia lalui dengan penuh suka cita,
membahagiakan orang-orang di sekelilingnya adalah mimpi terbesar dalam
hidupnya. Ia rela sakit demi orang yang Amel sayang, ia rela pergi demi
kebahagian orang yang Amel cintai. Sebuah keyakinanlah yang membuat dirinya
kini bisa bertahan dalam cobaan anugerah Tuhan. Getir cinta sering ia rasakan
dalam dirinya, tapi semua itu ia jadikan bentuk rasa sayang Tuhan kepadanya.
Diusianya yang masih belia 18 Tahun membuat orang-orang
mengaguminya atas kecerdasaanya dalam menyikapi sebuah kehidupan di dunia.
Ketidak sombongannya membuat banyak orang senang denganya, selalu memujinya
untuk setiap tindakan yang ia lakukan. Tapi semua itu tidak membuat Amel lupa
dari mana ia memperoleh semua itu, Tuhan yang telah mengajarkannya arti dari
berbagi itu apa?, Tuhan yang telah mengajarkanya arti dari saling memberi itu
apa?, Tuhan selalu mengajarkanya arti dari saling mengiklaskan itu apa?. Satu
demi satu ia renungi dan jalankan, dalam setiap langkahnya selalu terucap
seribu harapan untuk dirinya, keluarga dan orang yang kasihinya.
Amel merupakan wanita yang percaya atas sebuah keajaiban
di dunia yang diberikan Tuhan, apa yang telah ia peroleh saat ini semata hanya
karenanya hingga pada sebuah waktu ia di pertemukan dengan seorang pria teman
lamanya “Wildan Aziz Widjanarko” nama
kekasihnya saat ini. Kurang lebih 6 Tahun ia mengenalnya sebagai teman, tidak
tahu mungkin sudah di gariskan atau hanya kebetulan mereka dipertemukan kembali
dalam sebuah komitmen Cinta.
“Mel, mau nggak jadi pacarku?” Suaranya terdengar sangat
pelan ditelinga Amel saat mereka berdua sedang duduk bersampingan di sofa depan
televisi rumah Wildan. Kala itu adalah tepat di hari kasih sayang Kamis, 14
Febuari 2013. Seakan kurang jelas dengan apa yang dikatakan Wildan, ia
memintanya untuk mengulangi kembali.
“Maukah kamu jadi pacarku?” untuk kedua kalinya Wildan
mengulangi di telinga Amel. Sesaat kepala Amel menengok dan menatap tajam
matanya. Lalu ragu dan tidak percaya dengan apa yang diucapkan. Ini kejutan
kedua yang Wildan berikan setelah ia memberikan 3 coklat sekaligus saat Amel
sedang asyik melihat televisi.
Bingung itu jelas, Amel bahkan nggak tau apa yang harus
ia katakan tapi dengan keyakinan yang di ucapkan Wildan kepadanya membuat hatinya
tak kuasa untuk tidak menerimanya. Dulu saat mereka masih sama-sama duduk di
bangku Sekolah Menengah Pertama, Amel pernah suka dengan Wildan tapi entah
karena apa ia memutuskan untuk tidak masuk dalam salah satu wanita yang
dipacarinya. Yang Amel lihat kini Wildan bukan seperti sosok laki-laki seperti
dulu, banyak sekali perubahan yang telah ia perlihatkan seakan membuat Amel
yakin untuk menerima cintanya.
“Sayangilah aku dahulu,
baru cintai aku,, karena cinta itu gk akan hilang saat rasa sayang selalu
menyelimuti hati kamu ,..” Satu kaliamat yang di ucapkan Amel untuk Wildan.
Jika dilihat Wildan bukanlah
laki-laki yang memiliki wajah pas-paasan. Amel tahu sedikitnya tentang dia
siapa, mantanya, perempuan yang sering digombalinya dll. Yang Amel sering dengar
dulu dia adalah laki-laki yang banyak digemari oleh wanita-wanita cantik,
itulah salah satu alasan Amel kenapa ia tidak melanjutkan kedekatanya dengan
Wildan dulu.
***
Tetes air mata Amel mulai jatuh, hatinya tiba-tiba
menjadi menggumpal sakit. “Ijinkan aku
untuk pulang!” isak lirih suara Amel.
“Kamu kenapa? Jelasin dulu sama aku.” Pinta Wildan yang
sedang menghalangi kepergian Amel.
Seaakan tidak ingin berkata apa-apa lagi dengan Wildan ia
hanya berkata “tidak papa” berulang kali sambil mendorong Wildan, memaksa untuk
bisa pulang. Tapi sayang usahanya sia-sia, Wildan tidak begitu saja membiarkan
Amel pulang dalam keadaan menangis.
“Tolong bicara, aku tidak ingin kita berantem dibawa
pulang. Nanti membuat semua tambah panjang.” Jemari tangan Wildan memegang dahi
Amel dan mengangkat kepala Amel perlahan.
“Aku merasa kamu tidak menyayangiku, kamu tidak mungkin
setega itu meninggalkan aku sendiri didalam jika kamu sayang.” Isak tangis Amel
menjadi.
Baru 2 minggu hubungan mereka tapi sudah ada aja cobaan
yang mereka harus hadapi. Setelah hubungan mereka berjalan disanalah Amel tahu
betapa cueknya Wildan, Amel sadar setiap orang memiliki sifat masing-masing
tapi Amel nggak pernah nyangka kalau Wildan secuek itu terhadapnya. Sesaat
sering sekali Amel merasakan tidak ada sayang dari Wildan untuknya, tapi Amel
selalu menerima apa yang ada didirinya. Terlalu banyak perbedaan antara mereka
berdua membuat disetiap pertemuan pasti ada pembicaraan yang nggak enak.
“Bey, aku mau pergi?” ucap Wildan tiba-tiba.
“Pergi kemana Bey?” tanya balik Amel penasaran.
“Pergi ke hatimu Bey. Hehe” gelak senyum Wildan untuknya.
Wajah Amel langsung memerah tersipu malu, yang tadinya
kusam kini seakan sedikit ada blas-on di kedua pipinya. “Pinter deh
gombalnya,..” balas senyuman kecil dari Amel.
“Loh, beneran kok. Aku ingin pergi kehatimu untuk selalu
menyiraminya disetiap pagimu, menyirami hatimu dengan cinta dari hatiku J”
kini tangan Wildan mulai mengusap pipi Amel dengan lembut. Terasa sekali Wildan
sangat menyayanginya.
***
Sayangi
aku
Tak ingin ku mengulangi
sebuah cinta yang salah,
Tak ingin ku mengulangi
sebuah perpisahan yang sakit,
Dengan hadirmu disini
itulah kebahagiaaan yang indah,
Melihatmu tersenyum
kepadaku adalah hal termanis dalam jiwaku,
Sayangi aku dikala aku
tak sanggup tersenyum untukmu,
Sayangi aku dikala aku
tak sanggup menatapmu,
Sayangi aku dikala aku
tidak lagi bersamamu,
Aku memiliki rasa yang
besar pada cinta yang kau berikan,
Dan ijikan aku
menyayangimu,
Wildan,
02-03-2013
Harapan yang besar kepada Wildan, sama-sama ingin meraih
sebuah mimpi sukses. Seimbang merupakan komitmen hidup yang selalu Amel
tanamkan pada dirinya, seimbang dalam belajar, bekerja, menjadi pacar yang
setia, dan sanggup membereskan pekrjaan rumah. Tidak ada orang didunia ini yang
sempurna, Amel hanya ingin seimbang dalam hidup yang sedang ia jalankan. Semoga
cinta Wildan diberikan setulus cinta yang dia ucapkan untuk selalu menjaga ibunya.
“Love You, Bey ?” pesan singkat yang dikirimkan Wildan.
“Love You To, Bey..” balasan pesan dari Amel.
Terbit : Majalah Gradasi Edisi Juni 2013 (Melinda Safitri/Penerima Beasiswa Unggulan Kemendibud Unika Soegijapranata Semarang)
0 komentar:
Posting Komentar