About

Selamat Datang di Blog Saya

www.memelmemel.co.cc

Game Technology

www.GameTechnology.info.

Melinda Safitri

melinda_graduex@yahoo.com.

My Friend's GT Family

Kunjungan Makam Giri Tunggal.

Bareng Cinta Laura

Suara Semarang.

Jumat, 29 Maret 2013

Festival Game And Entrepreneur


Warta Jateng 1 Maret 2013
Setelah sukses menyelenggarakan Festival Game And Entrepreneur tahun yang lalu, kini program Game Technology Fakultas Ilmu Komputer Unika Soegijapranata Semarang kembali mengadakan acara serupa di tahun 2013. Acara dijadwalkan digelar ada hari Sabtu, 9 Maret 2013 di Gedung Thomas Aquinas Unika Soegijapranata. Adapun acara festival game and Entrepeneur terdiri dari tiga kegiatan yaitu ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan, yaitu Seminar Nasional Game & Entrepreneur “Menajamkan Pendidikan melalui Pengembangan Game” (Umum), Lomba Karya Game Edukasi (Umum), Call of Paper “Peran Teknologi Informasi dalam Edukasi” (Umum). Bagi yang berminat, silahkan bisa mendaftarkan diri dan tim anda segera! Informasi lebih lanjut kunjungi www.gametechnology.info. Untuk contact person, bisa menghubungi Putra (085641459495), Desy (089668886506), Vienna(0812225207934)


Senin, 04 Maret 2013

Cerbung: Kematian Diva Bagian 1



Malam terasa begitu dingin kala itu. Rembulan nampak terang, dan bintang berceceran di langit. Diva yang sedari tadi hanya duduk sendiri dan melamun di balkon kamarnya.
            Hatinya terasa sedih, hanya bintang-bintang itulah yang menjadi teman ceritanya saat malam tiba semenjak kepergian Jovi, sahabat kecilnya.
            Saat ini diva duduk bangku sekolah menengah pertama kelas dua. Malam itu diva membanyangkan saat dirinya bersama Jovi lima tahun yang lalu. Saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga.
            “Diva, ayo kita bermain layang-layang di taman.” Ajak jovi sore itu.
            “Iya jov, bentar aku pamitan dulu ya sama ibu.” Dengan raut muka yang gembira.
            Diva lari masuk ke dalam rumah untuk meminta izin sama ibu, sedangkan jovi senantiasa menunggu Diva dengan duduk di bangku teras rumah sambil membalik-balik layangan yang sudah dibawanya.
            “Yuk Jov, kita pergi ketaman. Ibu mengijinka asal mereka pulang tidak terlalu malam.” Terdengar suara yang sangat gembira.
            “Oke. Ayukk” Jovi dan Diva berjalan keluar rumah bersama.
            Taman yang tidak jauh dari rumah Diva membuat mereka cepat sampai. Kebetulan hari ini taman sepi jadi Jovi dan Diva bisa leluasa dalam bermain.
            “Diva, kamu tarik ya layanganya..” Jovi memberi intruksi kepada Diva.
            “Kamu ulur dong Jov benangnya!!” gentian Diva yang menginstruksi.
            Layangan Jovi dan Diva ahkirnya bisa terbang juga. “Yeeeeeeeee, layanganya bisa terbang,…” Diva loncat-loncat kegirangan.
            “Kamu mau  mencoba memegang senar benangnya Diva?” Jovi menawarkan.
            “Mau-mau.  Bagaimana caranya Jov?” Dengan senang hati Diva menerimanya.
            “Begini, kamu ulur saja benangnya kalau mau layangan tambah tinggi tapi pelan-pelan. Terus kalau ada musuh yang mendekati kamu bisa tarik benangnya supaya layang-layangnya memendek menghindari musuh, seperti ini. Mudah kan?” Jovi memberitahui caranya sambil mempraktekan, melihatkan ke Diva.
            “Wahhhh, mana sini aku mau mencobanya Jov.” Tak sabar Diva ingin mencobanya.
            Jovi memberikan benang senar yang  ia bawa. Gulungan benang yang berada di kaleng masih banyak. Diva mencoba mengulurnya karena dia merasa tidak ada musuh di samping kananya. Tapi tiba-tiba musuh datang dari arah Barat dan Utara. Layang-layang Diva dan Jovi berada di tengah-tengahnya.
            Jovi yang baru sebentar pamitan ke penjual asongan merasa terkejut saat kembali datang menemui Diva.
            “Diva, awassss… layangan kamu dihimpit oleh dua layangan milik orang lain. “ Jovi teriak kencang dan terkejut.
            “Aduh Jovi ini bagaimana, Diva nggak tau.” Diva gugup bingung apa yang harus dilakukana.
            “Yeahhhhhhhhhh,……” Jovi seperti merasa kecewa melihat layanganya putus.
            “Kamu bagaimana sih Diva? Kok tidak kamu tarik benangnya, biar layangan kita memendek.” Nada suara Jovi sedikit membentak.
            “Maafin aku Jov, Diva nggak sengaja mutusin layanganya. Diva nggak tau, diva jadi lupa sama ucapan Jovi sangking gugupnya..” Wajah diva langsung berubah sedih dan menunduk.
            “Lain kali dengerin kata-kata Jovi dong, biar layangan kita nggak di putus sama lawan !” suara Jovi semakin keras.
            Terdengar suara senduan Diva yang ternyata dirinya menangis. “Diva minta maaaffff ,” sambil mengusap air matanya.
            “Diva jangan nangis dong, Jovi minta maaf udah buat Diva nangis. Diva nggak salah kok, Jovi yang salah sudah ninggalin Diva sendirian. Maafin Jovi ya??” tangan Jovi mengusap air mata Diva.
            “Iya, Diva maafin. Diva juga di maafin ya?” menatap mata Jovi.
            “Iya udah pasti kok dimaafin. Yaudah berhubung kita juga Cuma bawa satu layang-layang dan sekarang layanganya udah putus, bagaimana kalau kita pulang saja lagian udah mau magrib takutnya Diva dicariin sama ibu.” Jovi mengajak Diva untuk pulang.
            “Yuk. Ibu juga tadi pesanya jangan pulang malam.” Ucap Diva
            Diva melamunkan kejadian saat sedang bermain layang-layang dengan Jovi 5 tahun yang lalu di taman.
****
            Diva rindu dengan Jovi, semenjak Jovi pindah sekolah karena Ayahnya dipindah tugaskan ke Bali. Sudah lima tahun berlalu tapi Diva masih tetap menunggu kedatangan Jovi.
            Saat kepergian Jovi dirinya berpesan kepada Diva kalau nanti dia akan datang tepat di usia Diva ke empat belas tahun. Bulan depan adalah hari dimana Diva menginjak usia empat belas tahun yang jatuh pada tanggal 11 Mei. “Apa mungkin Jovi masih ingat dengan janjinya? Apakah tepat di usianya ke 14 tahun dia akan datang menemuiku?” Diva berbicara sendiri sambil menatap bintang.
            “Diva sayaanggggg, sudah minum obat nak?” suara ibu terdengar dari depan pintu kamar Diva.
            “Iya buu, bentar …” berjalan membukakan pintu ibu.
            “Sayangg, diminum dulu dong obatnya. Ingat pesan dokter, nggak boleh telat minum obat.” Ibu membelai rambut Diva.
            “Iya Bu, Diva ngerti kok. Diva juga udah gede, diva ingat semua pesan Dokter. Ibu nggak perlu lagi setiap hari mengingatkan Diva.” Wajah Diva berubah menjadi sedih.
            “Nggak begitu sayang, ibu Cuma nggak ingin Divaa…,” ucapan ibu terhenti.
            “Iya ibu, Diva tau. Yaudah Diva masuk kekamar dulu mau minum obat.”
            “Iya sayang. Good Night.” Ibu mencium kening Diva.
            “Goog Night Too, Bu.” Menutup pintu kamarnya.
             Hari ini adalah tepat tanggal kelahiran Diva. “tok..tok..tok..” terdengar ketukan pintu rumah Diva.
            “Siapa ya?” pembantu Diva yang membukakan pintu rumah.
            “Saya Bi, Jovi teman kecilnya Diva.” Jovi memperkenalkan dirinya.
            “Ohh, den Jovi. Sekarang sudah segede ini. Mau cari Non Diva?” Bibi terkejut melihat kedatangan Jovi yang sudah lama tidak berjumpa.
            “Iya Bi, Diva nya ada?” Tanya Jovi.
            “Non Diva?????” wajah Bibi tiba-tiba menjadi pucat.
            Tidak lama keluar dari rumah Diva, Jovi beserta Ayah dan Ibunya tiba di rumah sakit. Bibi bilang Diva sekarang sedang di rawat di Rumah Sakit. Jovi Tanya, kenapa Diva bisa dirawat tapi Bibi nggak mau menjelaskan. Ahkirnya Jovi hanya minta alamat rumah sakitnya.
            “Andi?Ratna?Kok kalian ada di sini?” ayah Diva terkejut melihat kedatangan ayah dan Ibunya Jovi, mereka adalah tetanggan dulu.
            “Mbak Ratna apa kabar?” Ibu Diva memeluk ibu Jovi.
            “Baik kok mbak. Mbak juga bagaimana kabarnya?” ibu jovi balik bertanya.
            “Sepertinya kurang baik mbak. Hay, kamu Jovi bukan?teman kecilnya Diva?” Ibu nya Diva memerhatikan Jovi.
            “Iya tante. Saya Jovi teman kecilnya Diva.” Jovi mencium tangan ibunya Diva.
            “Kenapa Diva bisa dirawat di rumah sakit Gung?” Tanya Ayah Jovi kepada Ayah Diva.