About

Rabu, 23 Januari 2013

Dampak Psikologi anak terhadap Bermain Game

    Game menjadi santapan yang hangat untuk beberapa anak setiap harinya. Bermain adalah hak asasi setiap anak. Kegiatan bermain merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan pikir anak. Bermain tidak sekedar membuang waktu tetapi bermain bagi anak adalah untuk belajar. Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak merupakan bentuk dari rasa keingin tahuanya.
    Didalam bermain anak menuangkan sebuah ekspresinya sesuai yang ia rasakan dan ia pikirkan. Didalam bermain anak juga mempraktikkan keterampilan yang ia miliki. Dalam bermain anak juga dapat membentuk imajinasi yang baik.
    Terkadang kegiatan anak bermain, mengespresikan apa yang ia rasakan dibatasi oleh orang tua. Kegiatan bermain itu bebas seakan membuat si anak lebih kreatif di lingkungan dan sekolahnya. Dengan bermain anak juga dapat mengembangkan kompetensi yang ia miliki. Fungsi bermain bagi anak ialah jika dilakukan dengan tepat, benar, dilengkapi dengan alat ataupun tidak dapat membantu perkembangan emosional pada dirinya dan social pada lingkup kemasyarakatan.
    Yang kita selalu kenal, Dunia anak adalah dunia bermain. Hampir sebagian waktunya ia habiskan untuk bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Dalam bermain tingkat perkembangannya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kegiatan yang lain.
    Untuk saat ini yang masih ngetrand adalah kegiatan anak dalam bermain game. Bahkan ada beberapa anak yang mengungkapkan “dengan bermain game saya merasa lebih tenang, nyaman, dan damai.” Benarkah demikian ?
    Menurut Setiawan (2002), yang mengacu pada teori Piaget, anak usia dini dapat di katakan sebagai usia yang belum dapat di tuntut untuk berpikir secara logis, yang di tandai dengan pemikiran sebagai berikut :
•   Berpikir secara konkrit, dimana anak belum dapat memahami atau memikirkan hal-hal yang  bersifat abstrak (seperti cinta dan keadailan),
•    Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata,
•   Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari orang lain,
•    Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk,
•  Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek yang ada dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak,
•   Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari suatu situasi,
•    Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang sangat kaya dan imajinasi ini yang sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreativitas pada anak.

Anak akan lebih mudah belajar sambil bermain, yang kita ketahui saat ini sudah banyak sekali game-game mendidik  yang di pasarkan. Seperti game Huzaifah’s Alphabets, Let’s Learn ABC, Kid’s Abacus. Ini adalah beberapa judul game education yang bisa di perkenalkan oleh anak di usia dini.  Cara berfikir anak cenderung lebih cepat saat di minta untuk bermain game dari pada untuk belajar dengan menggunakan buku dan pensil. Game-game education ini bisa di gunakan sebagai alternative dalam belajar si anak. Manfaatnya adalah sanggup melatih syaraf motorik si anak, melatih konsentrasi, mengenalkan konsep sebab akibat, melatih bahasa dan wawasan, serta mengenalkan warna dan bentuk pada si anak. Dengan demikian perlahan-lahan kreativitas anak akan terbentuk dengan baik, ia akan lebih bisa mengungkapkan yang ia rasakan kepada orang lain dan berani untuk mencoba yang belum ia ketahui serta mempunyai keberanian untuk bertanya kepada orang.
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, anak akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.
Bertumbuhnya kedewasaan si anak akan bisa membuat pola pikir anak semakin berkembang. Semakin dewasa anak akan mengenal bentuk game-game yang bukan lagi edukasi melainkan anak memilih memainkan game yang menatang seperti Game Online yang saat ini sedang di gemari oleh para remaja.

Sedangkan Game online itu sendiri adalah game yang berbasis elektronik dan visual. Game online dimainkan dengan memanfaatkan media visual elektronik yang biasanya menyebabkan radiasi pada mata, sehingga mata pun lelah dan biasanya diiringi dengan sakit kepala. Game online juga menyediadan server-server tertentu agar bisa dimainkan. Namun, game online berbeda dari game yang lain, game online tidak ada akhirnya dan game online dapat juga menghasilkan uang tambahan yaitu dengan menukarkan mata uang di game online dengan bentuk rupiah atau bisa juga dengan menjual karakter game online kepada orang lain. Bila sudah “dewa”, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Secara psikologi anak, mereka bisa kecanduan dengan bermain game online jika tidak di batasi oleh kegiatan-kegiatan yang bernilai positif. Kelihaianya dalam memainkan game akan membawa dia semakin asyik dengan duania gamenya “hanya untuk memainkanya saja”. Mungkin para orang tua juga bisa mengarahkan si anak untuk mencoba membuat game itu sendiri. Dengan melihat dari segi kondisi membuat game akan bisa mengembangkan daya fikir yang lebih creative, anak akan bisa lebih mengespresikan bentuk permainan apa yang dia inginkan. Dengan hobby yang di miliki anak yang dulu hanya bisa memainkan game sekarang jadi dapat mebuat game.

Dengan demikian orang tua tidak perlu melarang si anak untuk berhenti bermain game karena sama halnya melarang anak untuk berekspresi dan berkreasi. Bermain game adalah hal yang menyenangkan untuk di mainkan. Bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, dapat menunjang ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua dan guru pembimbing dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas anakcagar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak. 

(Melinda Safitri, penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud, mahasiswa program Game Technology Unika Soegijapranata).

Lampiran :

0 komentar:

Posting Komentar