Malam terasa begitu
dingin kala itu. Rembulan nampak terang, dan bintang berceceran di langit. Diva
yang sedari tadi hanya duduk sendiri dan melamun di balkon kamarnya.
Hatinya terasa sedih, hanya bintang-bintang itulah yang
menjadi teman ceritanya saat malam tiba semenjak kepergian Jovi, sahabat
kecilnya.
Saat ini diva duduk bangku sekolah menengah pertama kelas
dua. Malam itu diva membanyangkan saat dirinya bersama Jovi lima tahun yang
lalu. Saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga.
“Diva, ayo kita bermain layang-layang di taman.” Ajak
jovi sore itu.
“Iya jov, bentar aku pamitan dulu ya sama ibu.” Dengan
raut muka yang gembira.
Diva lari masuk ke dalam rumah untuk meminta izin sama
ibu, sedangkan jovi senantiasa menunggu Diva dengan duduk di bangku teras rumah
sambil membalik-balik layangan yang sudah dibawanya.
“Yuk Jov, kita pergi ketaman. Ibu mengijinka asal mereka
pulang tidak terlalu malam.” Terdengar suara yang sangat gembira.
“Oke. Ayukk” Jovi dan Diva berjalan keluar rumah bersama.
Taman yang tidak jauh dari rumah Diva membuat mereka
cepat sampai. Kebetulan hari ini taman sepi jadi Jovi dan Diva bisa leluasa
dalam bermain.
“Diva, kamu tarik ya layanganya..” Jovi memberi intruksi
kepada Diva.
“Kamu ulur dong Jov benangnya!!” gentian Diva yang
menginstruksi.
Layangan Jovi dan Diva ahkirnya bisa terbang juga.
“Yeeeeeeeee, layanganya bisa terbang,…” Diva loncat-loncat kegirangan.
“Kamu mau mencoba memegang
senar benangnya Diva?” Jovi menawarkan.
“Mau-mau.
Bagaimana caranya Jov?” Dengan senang hati Diva menerimanya.
“Begini, kamu ulur saja benangnya kalau mau layangan
tambah tinggi tapi pelan-pelan. Terus kalau ada musuh yang mendekati kamu bisa
tarik benangnya supaya layang-layangnya memendek menghindari musuh, seperti
ini. Mudah kan?” Jovi memberitahui caranya sambil mempraktekan, melihatkan ke
Diva.
“Wahhhh, mana sini aku mau mencobanya Jov.” Tak sabar
Diva ingin mencobanya.
Jovi memberikan benang senar yang ia bawa. Gulungan benang yang berada di
kaleng masih banyak. Diva mencoba mengulurnya karena dia merasa tidak ada musuh
di samping kananya. Tapi tiba-tiba musuh datang dari arah Barat dan Utara.
Layang-layang Diva dan Jovi berada di tengah-tengahnya.
Jovi yang baru sebentar pamitan ke penjual asongan merasa
terkejut saat kembali datang menemui Diva.
“Diva, awassss… layangan kamu dihimpit oleh dua layangan
milik orang lain. “ Jovi teriak kencang dan terkejut.
“Aduh Jovi ini bagaimana, Diva nggak tau.” Diva gugup
bingung apa yang harus dilakukana.
“Yeahhhhhhhhhh,……” Jovi seperti merasa kecewa melihat
layanganya putus.
“Kamu bagaimana sih Diva? Kok tidak kamu tarik benangnya,
biar layangan kita memendek.” Nada suara Jovi sedikit membentak.
“Maafin aku Jov, Diva nggak sengaja mutusin layanganya.
Diva nggak tau, diva jadi lupa sama ucapan Jovi sangking gugupnya..” Wajah diva
langsung berubah sedih dan menunduk.
“Lain kali dengerin kata-kata Jovi dong, biar layangan
kita nggak di putus sama lawan !” suara Jovi semakin keras.
Terdengar suara senduan Diva yang ternyata dirinya
menangis. “Diva minta maaaffff ,” sambil mengusap air matanya.
“Diva jangan nangis dong, Jovi minta maaf udah buat Diva
nangis. Diva nggak salah kok, Jovi yang salah sudah ninggalin Diva sendirian.
Maafin Jovi ya??” tangan Jovi mengusap air mata Diva.
“Iya, Diva maafin. Diva juga di maafin ya?” menatap mata
Jovi.
“Iya udah pasti kok dimaafin. Yaudah berhubung kita juga
Cuma bawa satu layang-layang dan sekarang layanganya udah putus, bagaimana
kalau kita pulang saja lagian udah mau magrib takutnya Diva dicariin sama ibu.”
Jovi mengajak Diva untuk pulang.
“Yuk. Ibu juga tadi pesanya jangan pulang malam.” Ucap
Diva
Diva melamunkan kejadian saat sedang bermain layang-layang
dengan Jovi 5 tahun yang lalu di taman.
****
Diva rindu dengan Jovi, semenjak Jovi pindah sekolah
karena Ayahnya dipindah tugaskan ke Bali. Sudah lima tahun berlalu tapi Diva
masih tetap menunggu kedatangan Jovi.
Saat kepergian Jovi dirinya berpesan kepada Diva kalau
nanti dia akan datang tepat di usia Diva ke empat belas tahun. Bulan depan
adalah hari dimana Diva menginjak usia empat belas tahun yang jatuh pada
tanggal 11 Mei. “Apa mungkin Jovi masih ingat dengan janjinya? Apakah tepat di
usianya ke 14 tahun dia akan datang menemuiku?” Diva berbicara sendiri sambil
menatap bintang.
“Diva sayaanggggg, sudah minum obat nak?” suara ibu
terdengar dari depan pintu kamar Diva.
“Iya buu, bentar …” berjalan membukakan pintu ibu.
“Sayangg, diminum dulu dong obatnya. Ingat pesan dokter,
nggak boleh telat minum obat.” Ibu membelai rambut Diva.
“Iya Bu, Diva ngerti kok. Diva juga udah gede, diva ingat
semua pesan Dokter. Ibu nggak perlu lagi setiap hari mengingatkan Diva.” Wajah
Diva berubah menjadi sedih.
“Nggak begitu sayang, ibu Cuma nggak ingin Divaa…,”
ucapan ibu terhenti.
“Iya ibu, Diva tau. Yaudah Diva masuk kekamar dulu mau
minum obat.”
“Iya sayang. Good Night.” Ibu mencium kening Diva.
“Goog Night Too, Bu.” Menutup pintu
kamarnya.
Hari ini adalah
tepat tanggal kelahiran Diva. “tok..tok..tok..” terdengar ketukan pintu rumah
Diva.
“Siapa ya?” pembantu Diva yang membukakan pintu rumah.
“Saya Bi, Jovi teman kecilnya Diva.” Jovi memperkenalkan
dirinya.
“Ohh, den Jovi. Sekarang sudah segede ini. Mau cari Non
Diva?” Bibi terkejut melihat kedatangan Jovi yang sudah lama tidak berjumpa.
“Iya Bi, Diva nya ada?” Tanya Jovi.
“Non Diva?????” wajah Bibi tiba-tiba menjadi pucat.
Tidak lama keluar dari rumah Diva, Jovi beserta Ayah dan
Ibunya tiba di rumah sakit. Bibi bilang Diva sekarang sedang di rawat di Rumah
Sakit. Jovi Tanya, kenapa Diva bisa dirawat tapi Bibi nggak mau menjelaskan. Ahkirnya
Jovi hanya minta alamat rumah sakitnya.
“Andi?Ratna?Kok kalian ada di sini?” ayah Diva terkejut
melihat kedatangan ayah dan Ibunya Jovi, mereka adalah tetanggan dulu.
“Mbak Ratna apa kabar?” Ibu Diva memeluk ibu Jovi.
“Baik kok mbak. Mbak juga bagaimana kabarnya?” ibu jovi
balik bertanya.
“Sepertinya kurang baik mbak. Hay, kamu Jovi bukan?teman
kecilnya Diva?” Ibu nya Diva memerhatikan Jovi.
“Iya tante. Saya Jovi teman kecilnya Diva.” Jovi mencium
tangan ibunya Diva.
“Kenapa Diva bisa dirawat di rumah sakit Gung?” Tanya
Ayah Jovi kepada Ayah Diva.
0 komentar:
Posting Komentar